Alumni STIKes Wira Medika Bali berhasil meraih juara 1 lomba essay Bahasa Jepang yang diselenggarakan oleh iJC (iforce Jepanese Language Center) untuk pemagang se Jepang. iforce sendiri merupakan organisasi yang menaungi pembinaan dan perlindungan SDM migran se-Jepang. Lomba ini telah dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut sebagai bagian dari dukungan untuk meningkatkan kemahiran dan kemampuan bahasa jepang para pekerja migran di seluruh Jepang.
Lomba tahun ini mengangkat tema “Hal yang dipelajari dari perbedaan Negara Jepang dan negara asal” dengan peserta terbanyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni 133 peserta yang berasal dari berbagai negara di Asia, dimana 130 diantaranya berasal dari negara Vietnam, Filipina, Mongolia dan negara lainnya serta 3 diantaranya berasal dari Indonesia. Tiga peserta dari Indonesia tersebut merupakan alumni STIKes Wira Medika Bali yang tengah bekerja di Rumah Sakit Suzukake Central Hospital Hamamatsu, Shizuoka yang sebelumnya diawali dari program pelatihan Bahasa Jepang pada Pusat Karir STIKes Wira Medika Bali.
Para peserta mengumpulkan karya mereka untuk kemudian diseleksi dan dipilih 16 karya terbaik, diantaranya 1 orang sebagai juara 1 (saiyuushuushou/best award), 2 orang (yuushuushou/excellence award), 3 orang (yuuryoushou/prize of excellence), 2 orang (daihyourijitokubetsuhyou/special award), dan 8 orang (kasaku/honourable mention).
Ni Luh Putu Sri Kumala Dewi Sudiarta yang meruapakan alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni STIKes Wira Medika Bali (IKAWIRA) berhasil membawa harum nama Indonesia dengan meraih penghargaan tertinggi sebagai juara 1 essay terbaik se-Jepang. Karyanya yang berjudul “Perbedaan Penerapan Sistem Kerja bagi Ibu Bekerja di Indonesia dan Jepang” berhasil mengalahkan 132 peserta lainnya.
Kumala Dewi tertarik mengangkat topik ini setelah melihat dan menjalani pekerjaannya sebagai careworker yang cukup berat, namun di sisi lain ada begitu banyak ibu dan ibu hamil yang bekerja di sana. Ia menuliskan bagaimana ibu hamil dan ibu bekerja di Jepang begitu mendapat perhatian dari pemerintahnya. Ibu hamil di Jepang memperoleh cuti melahirkan dari umur kehamilan 7 bulan dan cuti mengurus anak pasca melahirkan hingga anak berusia 1 tahun, di tengah cuti tersebut mereka menerima 60% dari gaji penuh. Selain itu, ibu yang sedang mengasuh anak dari usia 1 hingga 6 tahun memiliki pilihan untuk bekerja penuh atau part time sesuai keinginan mereka, serta perbedaan-perbedaan lainnya. Pemikiran ini juga didasari pada pengetahuan selama menempuh pendidikan keperawatan di STIKes Wira Medika Bali selama proses perkuliahan dan pengalaman kerja yang sedang dijalani di Jepang. Baginya, Ibu adalah peran yang sangat mulia. Menjaga kesehatan ibu pekerja yang hamil juga berarti menjaga penerus bangsa. Di sana ia melihat langsung bagaimana Jepang menerapkan sistem bagi para ibu untuk dapat bekerja dengan rasa aman dan nyaman. Ia sangat berharap Indonesia dapat belajar dari Jepang dan menerapkannya di masa depan.